7 Tempat Liburan Anti Mainstream di Singapura
Jakarta, 18 September 2017 – Singapore menjadi salah satu negara tujuan untuk liburan karena tidak terlalu jauh lokasinya. Universal Studio atau Orchard Road adalah tempat mainstream yang biasa dikunjungi di Singapore, untuk yang anti mainstream bisa mengunjungi lokasi-lokasi berikut ini saat traveling nanti.
Henderson Wave Bridge
Sebanding dengan namanya, Henderson Wave Bridge memiliki design arsitektur berbentuk gelombang yang menyerupai ombak. Materialnya terbikin dari baja membentuk jembatan dan terlihat mengagumkan. Diresmikan sejak tahun 2008 bertempat di kawasan Henderson Road. Apabila ingin mengunjungi lebih baik dilakukan pada malam hari karena pemandangannya dijamin lebih indah. Asyiknya lagi, Anda tidak perlu membayar sepeser pun untuk menikmati keindahan Singapore dari Henderson Wave Bridge ini.
Tiong Bahru
Tiong Bahru merupakan kawasan paling hipster untuk para petualang anti mainstream, salah satu tempat menarik di sini adalah Books Actually, sebuah toko buku indie yang menjajakan berbagai referensi serta pernak pernik lucu.
Jika sudah lelah berkeliling dapat istirahat di Tiong Bahru Bakery. Kafe yang ini terkenal dengan croissant dan menu Kougi Amann di tempat ini, yaitu pastry lapis yang memuat mentega dan karamel.
Wheeler’s Yard
Tidak ada yang lebih vintage dari reka bentuk gudang menjadi kafe dan toko sepeda. Wheeler’s Yard adalah kafe berinterior unik dengan sepeda-sepeda handmade terpajang di dalam ruangan. Awalnya ini memang sebuah gudang, lalu diubah menjadi kafe dan toko sepeda fixed gear. Terutama bagi pecinta olah raga sepeda tempat ini adalah surge, Anda dapat melihat-lihat sepeda yang disediakan sambil minum kopi yang tersedia. Wheeler’s Yard juga menjual aksesoris untuk sepeda. Jadi jangan heran apabila mendapati sepeda-sepeda mini ditaruh di atas meja kafe.
The Projector
Bagi Anda traveller yang berjiwa retro, jangan lupa untuk mampir ke The Projector saat di Singapore. Tempat ini adalah bioskop dengan design retro. Film yang diputar bukan yang biasa ditemui di bioskop konvensional, melainkan film-film festival dan lawas. Model kursinya pun cenderung old school, semakin menguatkan kesan lawas yang diusung. Namun untuk dapat menonton film di The Projector harus datang lebih awal karena tidak ada sistem penomoran pada kursi di dalam bioskopnya. Seperti diberlakukan siapa cepat, dia dapat.