August
31
2017
     16:25

Kementan Gerak Cepat Cegah Penyebaran Anthrax di Sulsel dan Gorontalo

Kementan Gerak Cepat Cegah Penyebaran Anthrax di Sulsel dan Gorontalo

Jakarta (31/08/2017), Dalam rangka mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Anthrax di Sulawesi Selatan dan Gorontalo, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) telah mengerahkan Tim ke lokasi. Selain itu juga telah melakukan investigasi dan pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium, serta memberikan bantuan vaksin dan obat-obatan.

Terkait dengan adanya kasus Anthrax di Sulawesi Selatan, berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros disampaikan bahwa kasus penyakit Anthrax di Sulawesi Selatan terjadi di Dusun Moncongjai, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana. Sapi yang mati di lokasi tersebut hanya 3 ekor yaitu 1 ekor terjadi pada tanggal 8 Agustus 2017, 1 ekor pada tanggal 11 Agustus dan 1 ekor sapi pada tanggal 21 Agustus 2017. 
 
Menurut Drh. Sulaxono, Kepala Balai Besar Veteriner Maros, salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis ) Ditjen PKH, disampaikan bahwa pada tanggal 22 Agustus 2017 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros beserta pihak Kepolisian telah melakukan investigasi ke lapangan untuk mengetahui penyebab kematian ternak sapi dan melakukan pengambilan sampel potongan telinga ternak yang mati. 
 
Dari sampel potongan telinga sapi yang mati tersebut selanjutnya dilakukan pengujian di Laboratorium Bakteriologi  Balai Besar Veteriner Maros. Sulaxono menjelaskan, berdasarkan hasil pengujian sampel tersebut pada tanggal 23 Agustus telah teridentifikasi dan diyakini  adanya kuman Bacillus anthracis. Kuman Bacillus anthracis  merupakan kuman penyebab penyakit Anthrax.
 
Berdasarkan laporan tersebut, Balai Besar Veteriner Maros pada tanggal 24 Agustus 2017 bersama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kabupaten Maros langsung melakukan gerak cepat  mengerahkan Tim ke lapangan untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit Antrhax tersebut. Tindakan yang telah dilakukan diantaranya: 
1). Melakukan isolasi terhadap sapi yang berada di daerah tersebut agar tidak digembalakan dan dibawa keluar dari Desa tertular; 
2). Melakukan pengobatan dan melaksanakan vaksinasi Anthrax; 
3). Melakukan penyemprotan desinfektan pada tanah yang tercemar; 
4). Melakukan penguburan dan pembakaran terhadap bangkai sapi; 
5). Melakukan Public Awareness kepada masyarakat melalui TV, media cetak dan radio.
 
Pada tanggal 30 Agustus 2017 telah dilakukan Public Awareness di Kompas TV terkait dengan Penanganan Penyakit Anthrax dan Persiapan Hewan Qurban dengan Narasumber Ir. H. Abd Aziz, MM (Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi  Sulawesi Selatan dan drh. Agung Putu Joni (Ketua PDHI Cabang Sulsel).
 
Bantuan vaksin dan obat-obatan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan telah diberikan kepada masyarakat pada tanggal 24 Agustus 2017 berupa vaksin Anthrax sebanyak 2.000 dosis, injectamin 10 botol, antibiotik sebanyak 14 botol, desinfektan 7 liter, obat cacing 2 pot dan formalin 5 liter. “Vaksinasi massal juga telah dilakukan terhadap 300 ekor sapi dan pengobatan juga telah  diberikan terhadap 118 ekor sapi”, ungkap Sulaxono. Menurutnya, hingga saat ini kasus telah bisa dikendalikan dan tidak ditemukan kematian sapi.
 
Sementara itu, terkait dengan adanya kasus Anthrax di Gorontalo, Ditjen PKH Kementan pada tanggal 25 Agustus 2017 hingga hari ini (31 Agustus 2017) telah secara langsung melakukan gerak cepat dengan mengerahkan Tim yang diketuai oleh drh. Sulaxono Hadi (Kepala Balai Besar Veteriner Maros) dengan anggota drh. Faizal Zakaria MSc, drh. Titis Djatmikowati dan paramedik Faizal, serta Tim Pusat  terdiri dari drh. Wahyu Eko dan drh. Ermawanto (Staf Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH). Tim  telah turun ke lokasi kasus. Selain tim pusat , Tim Propinsi Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo juga turun ke lokasi yang terdiri dari drh. Fitasari Octaviany Tuna, drh. I.Ketut Bayu Kumat, drh. Asriena S. Dunggio dan drh. Zainul Alim. 
 
Tim gabungan sampai saat ini masih melakukan kegiatan pengamanan dan pengendalian bersama Dinas dan Kepolisian setempat. Dalam investigasi yang dilakukan oleh Tim tersebut diperoleh laporan adanya 6 ekor sapi yang mati pada tanggal 28 Agustus 2017 milik seorang peternak bernama Usman Ismail di Kelurahan Bolihuangga dan Kelurahan Tenilo Kecamatan Limboto.
 
Pengambilan sampel terhadap ternak yang mati telah dilakukan oleh petugas Dinas untuk diperiksa secara cepat dengan pewarnaan sederhana di laboratorium kabupaten. Hasil pengujian cepat di laboratorium kabupaten menunjukkan adanya kuman batang papak yang diduga kuat merupakan kuman Bacillus anthracis. 
 
Pada tanggal 30 Agustus 2017, saat Tim BBVet Maros dan Tim Direktorat Kesehatan hewan di lapangan menjumpai adanya 4 ekor sapi mati di kelurahan yang sama yang diduga terserang Anthrax. Pengambilan sampel telah dilakukan  Tim untuk diuji di Laboratoriun Bakteriologi BBVet Maros.
 
Tim gabungan langsung melakukan tindakan cepat sebagai upaya mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Antrhax di daerah ini  diantaranya adalah :
1). Pada tanggal 28 Agustus telah dilakukan vaksinasi sebanyak 295 ekor sapi dan pengobatan antibiotika terhadap 117 ekor sapi;
2).  Melakukan penutupan wilayah tertular;
3). Menjaga lalulintas ternak bekerjasama dengan Kepolisian setempat dan melakukan pelarangan bagi peternak untuk melalulintaskan ternak sapinya keluar desa dan kecamatan tertular.
4). Melakukan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan tata cara penanganan dan pengendalian penyakit Anthrax.    
5). Public Awareness pada TVRI lokal yang dilakukan langsung pada tgl 30 Agustus dengan Narasumber Kepala Dinas Pertanian Propinsi, Kadis Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Gorontalo dan Kepala BBVet Maros.  
                 
Selain itu, Pemerintah pusat melalui Timnya telah memberikan bantuan obat-obatan untuk peternak pada tanggal 30 Agustus berupa Limoxin 42 botol, Buposolamin 12 botol, serta Destan 12 botol. Saat ini Tim masih di lokasi untuk melaksanakan investigasi, serta tindakan yang diperlukan di lapangan. Selain itu, pada hari ini Tim BBVet Maros bersama dengan Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo serta TNI juga melakukan pengawasan intensif di pasar, kios daging dan tempat pemotongan hewan (TPH, serta tempat penampungan hewan qurban di Kota Gorontalo.

 


Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved