January
26
2017
     10:40

Mengajak Industri Jasa Makanan dan Perhotelan Beralih dari Hiu

Mengajak Industri Jasa Makanan dan Perhotelan Beralih dari Hiu
Publisher

Jakarta WWF-Indonesia mengajak industri jasa makanan dan perhotelan di Indonesia untuk mengambil peran dalam gerakan konservasi global dan beralih dari produk berbahan dasar hiu dalam hidangannya. Dalam lima tahun terakhir, gerakan global untuk menghilangkan segala bentuk sajian berbahan dasar hiu mendapatkan momentum besar dengan lebih dari 18.000 properti jaringan hotel internasional yang melarang penyajian masakan berbahan dasar hiu.

Jaringan Hongkong Shanghai Hotel, Shangri-La Hotel, Hilton dengan lebih dari 4.700 propertinya, Starwood Hotel di 1.300 jaringannya, Intercontinental Hotel Group di hampir 5.000 jaringan hotelnya,  Carlson Rezidor dengan lebih dari 1.100 properti, dan Marriot International di hampir 4.500 properti hotelnya telah mengumumkan larangan penyajian hiu sejak tahun 2012. Menurut perhitungan WWF, sedikitnya 18.200 properti jaringan hotel di dunia tidak lagi menyajikan hidangan berbahan dasar hiu.

 

“Menghilangkan hiu dari rantai makanan mengganggu keseimbangan ekosistem laut, yang dampaknya akan bermuara pada manusia,” ujar Andy Cornish, Shark & Ray Initiative Leader, WWF International. “Banyak jaringan hotel internasional telah memahami ancaman serius dari konsumsi sirip hiu kepada ekosistem laut. Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sekarang kami mengajak seluruh pihak di sektor jasa makanan yang belum mengambil tindakan serupa untuk bergabung dalam gerakan global ini dengan menghargai dan menjaga laut kita.”

 

Dalam catatan produksi hiu nasional antara tahun 2000 dan 2014 cenderung mengalami penurunan sebesar 28,30 persen, (DJPT, 2016), Indonesia pada tahun 2014 masih menjadi negara produsen hiu terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 16,8 persen dari total tangkapan dunia. “Hasil survei WWF-Indonesia menunjukkan konsumsi sirip hiu di restoran di Jakarta mengalami penurunan sekitar 20,32 persen menjadi 12.622 kg sirip hiu dalam satu tahun, dari setidaknya 15.840 kg di tahun 2014,” papar Imam Musthofa, SBS and Fisheries Leader WWF-Indonesia

 

Pada acara Diskusi Terbuka bertemakan Menghilangkan Hiu dari Menu yang diselenggarakan oleh WWF-Indonesia di Soehanna Hall, Jakarta kemarin (25/01), terkait dengan perayaan Tahun Baru Imlek, Aji ‘Chen’ Bromokusumo, Pakar Budaya dan Kuliner dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, menyatakan “Sirip hiu bukanlah suatu keharusan sama sekali sebagai ucapan rasa syukur.“ Menurutnya, hidangan Imlek harus mewakili tiga unsur, yaitu udara, darat dan air. Unsur dari air bisa diwakili ikan jadi tidak harus sirip hiu, bisa diganti dengan bandeng yang filosofinya lebih baik dan bisa dihadirkan utuh untuk menunjukkan rasa syukur dan harapan untuk kelancaran di masa depan. “Saya sepakati Imlek bebas hiu,” tegasnya.

 

Bussiness leader dan champion kampanye #SOSharks, Ibu Shinta Widjaja Kamdani, menegaskan “Nilai keberlanjutan sudah dimulai secara global, dan kita juga harus mulai memperhatikan hal ini. Usaha jasa pengangkutan bersama asosiasi hotel dan restoran harus melakukan sosialisasi tentang keseimbangan ekosistem dan ini adalah suatu momentum yang bisa kita ambil untuk sebuah gerakan nasional yang melibatkan semua pelaku usaha.”

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved