September
25
2017
     17:41

Penampakan Pertama Burung Tokhtor Sumatra yang Terancam Punah di Taman Nasional Batang Gadis

Penampakan Pertama Burung Tokhtor Sumatra yang Terancam Punah di Taman Nasional Batang Gadis

Jakarta, 25 September 2017 — Burung tokhtor sumatra (Carpococcyx viridis) yang terancam punah ditangkap kamera untuk pertama kalinya di kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Sumatra Utara melalui jaringan 120 kamera perangkap di kawasan taman nasional. Diketahui hanya dari delapan spesimen, spesies ini pernah dianggap punah dan baru ditemukan kembali pada tahun 1997. Dengan perkiraan populasi hanya 50-249 individu dewasa, penampakan ini menggarisbawahi pentingnya keanekaragaman hayati dan konservasi di kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

Penelitian dilakukan oleh Balai TNBG, yang merupakan bagian dari jaringan Tropical Ecology Assessment and Monitoring (TEAM) telah mengidentifikasi dan mencatat setidaknya 37 spesies yang tinggal di kawasan tersebut dan menangkap 6 spesies yang terancam punah di kamera: trenggiling sunda, macan tutul sumatra, harimau sumatra, burung tokhtor sumatra, tapir  dan anjing liar asiatic. Spesies endemik kuau kerdil sumatra dan sempidan sumatra juga terekam.

"Sangat menggembirakan untuk mengetahui bahwa kita belum terlambat untuk mencegah spesies yang terancam ini dari kepunahan. Namun, tindakan mendesak perlu dilakukan - oleh pemerintah, dan masyarakat. Kami membutuhkan mereka untuk memahami bahwa satwa liar menjaga hutan. Sementara hutan menyediakan makanan, air bersih dan mata pencaharian bagi kesehatan mereka," jelas Iman Santoso, mantan Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang saat ini merupakan Senior Terrestrial Policy Adviser, Conservation International Indonesia.
 

Ia menambahkan, "pendidikan lingkungan bagi masyarakat lokal telah dipastikan membantu usaha konservasi, namun kita perlu mengantarkan pesan bahwa ada banyak hal yang tidak diketahui, bahwa kita mungkin akan kehilangan, jika kita tidak melindungi hutan kita."
Kawasan TNBG, yang diresmikan pada tahun 2004, terletak di jajaran pegunungan Bukit Barisan sebelah utara, sebagai bentang perwakilan tipe ekosistem Sumatra. Dikenal sebagai habitat tapir terpadat di Asia Tenggara dan salah satu rumah harimau sumatera yang langka. TNBG memiliki luas lebih dari 70.000 hektar dan terletak pada kisaran ketinggian 300 sampai 2.145 mdpl dengan titik tertingginya di puncak gunung Sorik Merapi. Secara administratif merupakan taman nasional ke 42 dari 52 taman nasional di Indonesia.

Kawasan ini berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatra Utara di wilayah 10 kecamatan dan 32 desa, dinamai menurut sungai utama yang mengalir melalui Madina – Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Gadis. DAS ini merupakan sumber irigasi untuk sekitar 40.000 hektar sawah dan menyediakan air bersih bagi lebih dari 400.000 penduduk (sumber: BPS, Madina dalam Angka, 2016). Kawasan ini dikelilingi hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 3973/Menhut-VII/ KUH/2014.

Melalui program Kemitraan Bentang Alam Berkelanjutan (dikenal dengan SLP - Sustainable Landscapes Partnership), CI Indonesia telah mendukung pengelolaan kawasan TNBG dalam menjaga, melestarikan, dan melindungi kawasan penting ini, melalui penandatanganan Memorandum Saling Pengertian pada tanggal 8 Oktober 2014. Pekerjaan kamera perangkap adalah bagian dari dari peningkatan pengelolaan yang efektif dari kawasan ini.
 

Simon Badcock, Senior Technical Terrestrial Adviser, CI Indonesia, menjelaskan, "kamera perangkap merupakan komponen penting dari pekerjaan kami di Batang Gadis. Misalnya, sebelum penampakan burung tokhtor sumatra ini, tidak ada indikasi bahwa spesies yang terancam punah ini ada di dalam kawasan taman nasional. Melalui kerja sama dengan jaringan TEAM, ditambah dengan jaringan kamera perangkap mereka yang luas, kami dapat menentukan strategi yang efektif untuk mengelola kawasan taman nasional dan merekomendasikan tindakan perlindungan yang tepat. "
 

Kepala Balai TNBG, Dra. Etti Nurwanti, M.Si, menjelaskan bahwa data yang ditangkap oleh kamera trap dapat mengindikasikan apakah kawasan tersebut dikelola dengan baik atau tidak. Dia menambahkan, "bila habitat terancam, akan berdampak pada daerah sekitarnya. Berdasarkan data yang diperoleh, kami berharap bisa mengidentifikasi populasi satwa liar, termasuk macan, tapir, dan spesies langka lainnya."
 

Selain kamera perangkap, CI Indonesia memberikan pelatihan kepada polisi hutan dalam melakukan patroli dan menggunakan alat seperti Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART). Perangkat ini berguna untuk pelaporan yang sistematis dari patroli mereka, untuk memantau dan menginformasikan rencana perlindungan.
 
"Kita harus terus memperbaiki pengelolaan dan konservasi hutan karena sangat penting tidak hanya bagi kita, tapi juga untuk anak dan cucu kita," kata Etti, menyampaikan harapannya untuk pengelolaan kawasan ini di masa depan.
 

Photo untuk diakses media: http://ci.tandemvault.com/lightboxes/Tji02R3yJ?t=zLyKgLNBF

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved