March
24
2017
     16:24

PT Freeport Indonesia Aktif ‘Memburu’ Penderita Tuberkulosis di Mimika, Hasilkan Tingkat Kesembuhan 98%

PT Freeport Indonesia Aktif ‘Memburu’ Penderita Tuberkulosis di Mimika, Hasilkan Tingkat Kesembuhan 98%

MIMIKA, 24 MARET 2017 – Di tengah penyakit Tuberkulosis (TB) yang masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia, PT Freeport Indonesia turut aktif bersama pemerintah melalui lima klinik TB di Mimika berhasil mencapai tingkat keberhasilan pengobatan hingga 98% pada periode 2013-2014 dan 96% pada 2014-2015, jauh lebih tinggi dibandingkan standar World Health Organization (WHO), yakni 85%.

Klinik tersebut diinisiasi oleh PT Freeport Indonesia pada 2007 di bawah Community Health Development. Pengobatan tuberkulosis di klinik tersebut dapat mencapai tingkat keberhasilan yang sangat tinggi karena departemen yang bersangkutan aktif melalukan strategi pengendalian TB kepada masyarakat termasuk deteksi dini kasus tuberkulosis.

“Banyak orang yang tidak tahu saat dirinya mengidap tuberkulosis karena kurangnya pengetahuan tentang gejala penyakit tersebut,” ujar Kepala Klinik Tuberkulosis, Djonny Lempoy. Ia menambahkan, “Masyarakat dari tujuh suku yang berada di Mimika yang kami diagnosis terjangkit penyakit ini segera diberi pengobatan gratis oleh PT Freeport Indonesia sampai mereka sepenuhnya pulih.”

Dari laporan Dinas Kesehatan lokal, ditemukan 1.434 kasus tuberkulosis selama 2016, meningkat dari 1.124 kasus pada tahun 2015. Sesuai laporan WHO tentang TB, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus tuberkulosis tertinggi kedua di dunia setelah India. Terdapat sekitar 1,6 juta kasus tuberkulosis di Indonesia pada 2016. Berdasarkan Survei Pravelensi TB oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI Tahun 2013-2014, perbandingan antara pasien tuberkulosis dengan jumlah penduduk Indonesia ialah sebesar 660:100.000. Sementara di Timika, perbandingannya sebesar 686:100,000 pada 2013.

Sebagai bagian dari komitmen PT Freeport Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua, perusahaan mengimplementasikan serangkaian program edukasi, penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan tuberkulosis termasuk evaluasi pengobatan.

Klinik yang beroperasi melalui kemitraan dengan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) mengikuti rekomendasi World Health Organization (WHO) dalam mendeteksi dan mengobati setiap kasus tuberkulosis. Tercatat sejak 2007, Klinik TB telah menemukan lebih dari 3,000 kasus tuberkulosis, dengan tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 98%.

Terlepas dari keberhasilan yang telah dicapai, para dokter dan staf klinik tuberkulosis tetap gencar mengadakan pertemuan dengan masyarakat, juga pasien dan keluarga atau kerabat untuk mensosialisasikan informasi mengenai tuberkulosis.

PTFI dan LPMAK membentuk tim kesehatan masyarakat terpadu yang dipimpin oleh Dr. Milka Tiranda, melatih warga di daerah dataran tinggi Mimika untuk menjadi kader kesehatan. Mereka dilatih untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan gejala, penyebaran, dan bahaya tuberkulosis. Saat ini telah terbentuk kurang lebih 60 kader kesehatan yang tersebar di dataran tinggi (Banti, Tsinga, Aroanop) untuk sosialisasi penyakit TB, HIV/AIDS dan memastikan orang yang terkena penyakit TB disiplin untuk meminum obat sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dokter.

“Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular karena penularannya melalui udara. Ketika seseorang yang terkena tuberkulosis batuk, bersin, meludah, atau berbicara, mereka memercikkan kuman tuberkulosis ke udara. Hanya dengan menghirup sejumlah kecil dari kuman ini, orang lain yang berada di sekitar mereka dapat terkena tuberkulosis. Karena itu, penanganan tuberkulosis perlu dilakukan secara serius,” jelas Claus Wamafma, VP Community Affairs, PT Freeport Indonesia.

“Bertepatan dengan peringatan Hari Tuberkulosis Dunia yang mengangkat tema Bersatu Mengakhiri Tuberkulosis, kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tuberkulosis, terutama gejalanya, yang antara lain lain ditandai dengan batuk (hingga berdarah), demam, keringat di malam hari, nyeri dada, lemas, tidak adanya nafsu makan, dan turunnya berat badan. Gejala-gejala tersebut seringkali tidak disadari, namun justru membuat tuberkulosis lebih berbahaya dan telah merenggut sekitar 100.000 jiwa di Indonesia setiap tahunnya. Masyarakat perlu lebih mewaspadai gejala-gejala ini dengan memeriksakan diri ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis yang jelas dan tepat,” lanjut Claus Wamafma.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved