November
21
2016
     16:33

WWF Imbau Penduduk Urban untuk Kurangi Jejak Ekologi dengan Konsumsi Pangan dan Energi yang Bijak

WWF Imbau Penduduk Urban untuk Kurangi Jejak Ekologi dengan Konsumsi Pangan dan Energi yang Bijak
Publisher

WWF kembali menerbitkan publikasi ilmiahnya, Living Planet Report 2016 (LPR 2016) yang memaparkan status terbaru mengenai keanekaragaman hayati di atas bumi. Dalam laporan ini, Living Planet Index (LPI) masih menunjukkan tren penurunan tingkat keanekaragaman hayati dunia, seperti menurunnya jumlah populasi sejumlah spesies vertebrata sebesar 58 persen dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun sejak tahun 1970 hingga 2012.

Secara khusus, LPR 2016 memberikan perhatian pada sistem pangan dan energi sebagai dua sistem yang paling mempengaruhi kondisi Bumi saat ini. Hal ini menjadi topik diskusi publik bertajuk “Kehidupan Urban Dengan Jejak Ekologi Minimum”, yang diadakan WWF-Indonesia dalam rangka peluncuran Living Planet Report 2016. Diskusi tersebut menyoroti isu pangan dan energi di tingkat perkotaan, khususnya dari aspek konsumsi yang esensial  mempengaruhi jalannya sistem pangan dan energi yang berlaku di dunia.

Konsumsi pangan dan energi terkonsentrasi di wilayah perkotaan yang diindikasikan dari tingginya emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas perkotaan, yaitu sebesar 70%. Tidak mengherankan jika mengingat 54% populasi dunia saat ini hidup di kota dan 80% daya beli di tingkat global terkonsentrasi di perkotaan.

 

“Hal yang sering terlupakan oleh kita sebagai konsumen yang hidup di perkotaan dengan segala kemudahannya adalah besarnya ketergantungan kita terhadap alam. Satu hal yang perlu selalu kita ingat bahwa kita hanya memiliki satu planet Bumi dengan kekayaan alamnya yang terbatas”, ujar Benja Mambai, Plt CEO WWF-Indonesia dalam sambutannya di awal diskusi.

 

Perubahan gaya konsumsi dapat dimulai dengan berhemat dan menjadi konsumen yang lebih kritis terhadap berbagai produk yang dikonsumsi sehari-hari. Konsumen perlu pro-aktif mencari tahu asal-usul produk sebelum mengkonsumsinya, untuk menghindari produk-produk yang diproduksi dengan cara-cara yang merusak lingkungan, seperti pembakaran hutan, penebangan ilegal, penangkapan ikan dengan bom atau sianida serta penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya untuk lingkungan dan kesehatan manusia.

 

“Sistem pangan dunia yang berlaku saat ini memungkinkan para pelaku industri dengan penguasaan besar terhadap sumber daya alam dan kapital mengabaikan faktor lingkungan dan sosial dalam pola produksi dan distribusi pangan sehingga mengakibatkan peningkatan jejak ekologi yang hampir tidak terkendali serta terjadinya ketimpangan ekonomi”, ujar Cristina Eghenter, Social Development Strategy Leader WWF-Indonesia, dalam pemaparannya.

 

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved