September
13
2017
     10:26

Bantuan Bagi Anak-anak Merupakan Faktor Utama Masyarakat Asia Pasifik untuk Melakukan Donasi

Bantuan Bagi Anak-anak Merupakan Faktor Utama Masyarakat Asia Pasifik untuk Melakukan Donasi

Jakarta13 September 2017 – Berdasarkan temuan terbaru dari studi Mastercard Ethical Spending and Charitable Giving Survey, konsumen di kawasan Asia Pasifik memiliki kemauan yang kuat untuk turut mengembangkan generasi masa depan, dan oleh karenanya hal tersebut menjadikan pendidikan serta kesehatan bagi anak-anak (37,8 persen) sebagai alasan utama yang mendorong mereka untuk berdonasi. Studi ini, dirilis menjelang Hari Amal Internasional (International Day of Charity) yang jatuh pada 5 September yang lalu, mengungkapkan bahwa anak-anak merupakan salah satu alasan utama yang mendorong konsumen di 14 negara di Asia Pasifik untuk memberikan donasi mereka.

Lebih dari setengah konsumen yang mengikuti survei (50,4 persen) pada bulan November 2016 mengatakan bahwa mereka senantiasa memberikan amal (charity) mereka melalui donasi, di mana hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari tahun sebelumnya (49,9 persen). Vietnam memimpin sebagai negara yang paling dermawan di kawasan tersebut di mana 78,5 persen konsumennya memberikan amal, diikuti oleh Thailand (66,3 persen) dan Hong Kong (60,2 persen). 

Georgette Tan, Senior Vice President, Communications, Asia Pasifik, Mastercard mengatakan,”Seiring dengan upaya Asia untuk mendorong kemajuan ekonomi yang lebih kuat, kita tidak boleh melupakan bahwa kebutuhan-kebutuhan terhadap pembangunan di wilayah tersebut tidak terelakkan.  Kami sangat termotivasi oleh temuan dari studi tahun ini yang menunjukkan bahwa para konsumen, baik di negara maju maupun berkembang, telah melakukan bagian mereka untuk membantu dan memberikan kontribusi positif bagi orang-orang yang kurang beruntung. Selain itu, dengan nilai-nilai yang diterapkan dalam pendidikan budaya Asia, menjadi hal yang sangat membesarkan hati ketika mengetahui bahwa pendidikan serta kesehatan bagi anak-anak merupakan faktor yang mendorong konsumen untuk memberikan dukungan mereka.

“Melalui inisiatif kami yakni citizenship initiatives, kami berkolaborasi dengan para mitra untuk menyediakan para konsumen dengan cara-cara yang mudah dan nyaman untuk mendukung serta memberikan donasi bagi masyarakat kurang beruntung yang menurut mereka paling penting untuk dibantu. Kemitraan ini bertujuan untuk mendorong konsumen agar dapat senantiasa berbelanja secara cerdas – berfikir sebelum membeli sesuatu – sehingga kita semua dapat bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang lebih inklusif bagi seluruh masyarakat di kawasan ini.”

Sumbangan dana (uang) bukanlah satu-satunya cara konsumen di Asia Pasifik untuk memberikan donasi mereka. Survei ini menunjukkan bahwa sebanyak 53,2 persen konsumen melakukan pembelian suatu barang dalam rangka memberikan donasi. Saat melakukan pembelian, konsumen di wilayah Asia Tenggara, dipimpin oleh Indonesia (75,5 persen), Thailand (72,3 persen) dan Malaysia (70,5 persen) cenderung mempertimbangkan faktor-faktor seperti apakah produk dan layanan yang akan mereka beli menerapkan prinsip-prinsip perdagangan yang adil (fair trade), ramah lingkungan ataupun mendonasikan sebagian hasil penjualan untuk amal.

Detail temuan

  • Terlepas dari donasi untuk mendukung pendidikan dan kesehatan anak-anak, konsumen di Asia Pasifik sangat peduli terhadap upaya penanggulangan bencana alam (33,7 persen) serta inisiatif pengentasan kemiskinan dan kelaparan (32,1 persen).
  • Rasa kebersamaan dalam organisasi sosial untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan, sangat kuat kehadirannya di negara-negara berkembang seperti Indonesia(61,6 persen), India (49,1 persen) dan Filipina (45,1 persen).
  • Lebih banyak konsumen di Selandia Baru (+11,1 persen), Vietnam (+8,7 persen) dan Hong Kong (6,6 persen) memberikan donasi untuk amal dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu terdapat sedikit penurunan dari konsumen di wilayah China (-7,0 persen), India (-5,8 persen), dan Indonesia (-4.1 persen) dalam melakukan donasi untuk amal tersebut.
  • Produk-produk yang memegang prinsip-prinsip fair trade (58,5 persen) menjadi faktor pendorong terbesar bagi konsumen untuk berbelanja dengan etika (ethical spending), diikuti oleh produk yang ramah lingkungan (56,8 persen) dan produk yang menyisihkan sebagian hasil dari penjualannya untuk amal (44,4 persen).
  • Saat memilih merchant ketika ingin melakukan suatu pembelian, konsumen di wilayah tersebut memiliki preferensi paling tinggi terhadap merchant yang bertanggung jawab terhadap lingkungan (50,2 persen), diikuti oleh bertanggung jawab secara sosial (49,7 persen) dan merchant yang bekerja sama atau berdonasi ke sebuah badan amal (46,1 persen).
  • Para konsumen di negara-negara berkembang, khususnya di China (75,2 persen), Thailand (67,6 persen), Malaysia (65,7 persen) dan Filipina (64,6 persen)cenderung untuk melakukan pembelian produk dari sebuah merchant yang mereka anggap memiliki etika (ethical).
  • Di sisi lain, konsumen di Jepang (20,4 persen) merupakan konsumen yang paling tidak memiliki kecenderungan atau preferensi terhadap sebuah merchant yang bertindak ‘secara etika’, diikuti oleh Korea (28,0 persen) dan Singapura (29,1 persen).

Metodologi

Mastercard Ethical Spending and Charitable Giving Survey dilakukan di 14 negara di Asia Pasifik: Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand & Vietnam. Sebanyak 8.738 konsumen mengikuti survey secara online pada bulan November 2016.

Lampiran: Data Lengkap dari Mastercard Ethical Spending and Charitable Giving Survey

 

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved