January
05
2018
     07:52

Europalia Arts Festival Indonesia:Mengubah Pandangan Tentang Multikulturalisme

Europalia Arts Festival Indonesia:Mengubah Pandangan Tentang Multikulturalisme
Publisher

EUROPALIA ARTS FESTIVAL INDONESIA telah berlangsung 80 hari dari 104 hari yang direncanakan. Indonesia, sebagai negara tamu ke 19, tampil di Belgia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, dan Polandia, dengan karya seni dan seniman dalam bidang seni rupa, seni pertunjukan, musik, sastra, dan film, serta juga komik dan warisan budaya. Tiga pameran utama terus memukau pengunjung, puluhan diskusi mengakrabkan publik Eropa dengan kebudayaan Indonesia. Sudah 195 acara dari 227 yang dijadwalkan telah digelar. Sebagian besar dari 316 seniman telah hadir dan kembali ke Indonesia.

Sudah waktunya kita membahas manfaat yang kita bawa dari Europalia," ungkap Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, di acara Taklimat Media, yang dilanjutkan dengan silaturahim antara seniman, wartawan, dan Mendikbud, di Gedung A, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, 28 Desember 2017. "Tentu manfaat ini terkait dengan tujuan menjadi negara tamu Europalia, yaitu memperkenalkan Bhinneka Tunggal Ika dalam wujud kesenian di Eropa."

Kita tahu, Eropa sedang menghadapi persoalan dengan keanekaragaman budaya yang "mendadak" menjadi semakin kompleks. Kesenian menjadi salah satu platform untuk mengolah keanekaragaman tersebut dan di dalam hal ini keanekaragaman budaya Indonesia yang terpatri dalam konstitusi dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika kita menjadi tawaran ideologis yang menarik.

Tawaran ini tidak bertepuk sebelah tangan. Beberapa kota seperti Deventer di Belanda ataupun bagian kota seperti Strombeek di sekitar Brussels tertarik cara Indonesia mengelola perbedaan melalui kesenian. Banyak juga organisasi yang mengutamakan multikulturalisme dalam program kegiatannya, baik swasta maupun LSM, yang tertarik cara Indonesia mengelola dinamika antara tradisi dan pembaruan.

WARISAN BUDAYA

Tiga pameran utama Europalia Arts Festival Indonesia menampilkan warisan budaya Indonesia, yaitu Ancestors & Rituals, Archipelago: Kingdoms of the Sea, serta Power and Other Things.

Ancestors & Rituals, sebagian besar menampilkan koleksi Museum Nasional Indonesia, bercerita tentang hubungan erat orang Indonesia dengan nenek moyang. Sekaligus juga, pameran ini menjelaskan perkembangan kesenian dari masa ke masa di Indonesia. Pameran ini berlangsung di Bozar, pusat kesenian Belgia di Brussels, dan terus dikunjungi berbagai rombongan. Orang Eropa yang sebagian besar telah kehilangan "sambung rasa" dengan nenek moyang rupanya ingin merenungkan hubungan ancestral mereka dan sangat menghargai masukan dari Indonesia.

Archipelago: Kingdoms of the Sea memperlihatkan sejarah budaya maritim Indonesia yang luas dan panjang. Artefak yang ditampilkan di sini memperlihatkan hubungan dengan negeri-negeri yang jauh, yang telah dibina sejak ribuan tahun yang lalu. Di sini terlihat betapa terbukanya Indonesia, namun sekaligus juga menjelaskan bagaimana Indonesia mengolah pengaruh dari luar dan menjadikannya bagian dari kebudayaannya sendiri.

Di pameran ini ditampilkan juga Padewakang dari Sulawesi, yang dibuat dengan teknik pembuatan kapal yang juga melahirkan Phinisi. Teknik pembuatan kapal Phinisi telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Padewakang yang ditampilkan di museum La Boverie, Liège, Belgia, dibuat dengan sistem knock-down khusus untuk acara ini, yang memperlihatkan betapa teknik pembuatan kapal ini terus mengikuti perkembangan zaman.

Seni Rupa

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved