March
30
2017
     17:01

Pengurangan Resiko Bencana Melalui Penguatan Jejaring Riset

Pengurangan Resiko Bencana Melalui Penguatan Jejaring Riset

Jakarta, 30 Maret 2017. Wilayah sepanjang pantai dan kota-kota di Asia Tenggara dinilai rentan terhadap pengaruh perubahan iklim. Perubahan iklim dinilai menjadi faktor utama pemicu bencana alam seperti badai taifun dan hujan lebat yang menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor.

Lebih jauh lagi, perubahan iklim dapat memicu bencana lingkungan dengan intensitas dan frekuensi yang lebih tinggi. Sebagai negara dengan wilayah yang rentan terhadap bencana, Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara perlu mengidentifikasi tantangan utama, kesenjangan pengetahuan, dan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan sebagai dasar penentuan kebijakan dan prioritas riset di masa yang akan datang.

Sebagai upaya memperbaiki pengurangan resiko bencana serta mengembangkan low-regret measures atau langkah-langkah dengan tingkat penyesalan yang rendah untuk adaptasi perubahan iklim, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman (Bundesministerium für Bildung und Forschung/BMBF) menginisiasi TWIN-SEA Project yang bertujuan mewujudkan jejaring riset pada institusi/universitas dan praktisi Jerman dan Asia Tenggara. “Mekanismenya tertuang dalam kerangka kerjasama riset antara institusi pendidikan tinggi di Jerman dengan mitra kerjasama yang tergabung dalam Asia-Pasific Research Area (APRA),” jelas Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain.

Iskandar menjelaskan, sebanyak tiga workshop berskala internasional telah dilaksanakan pada 2014 hingga 2016 di Jakarta sebagai bagian dari proyek TWIN-SEA. “Untuk 2017 ini, workshop TWIN-SEA menyajikan pengalaman dari empat tahun dinamika jejaring pakar dalam bidang perubahan iklim dan perubahan sosial pada wilayah pantai di Indonesia dan Asia Tenggara,” paparnya.

Acara bertajuk The TWIN-SEA Lessons Learnt and Outlook: Enhancing Resilience in Indonesia and South East Asia Cities through Low-Regret Adaptation Measures ini diselenggarakan di Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) dan Primebiz Hotel, Kuta, Bali pada Kamis (30/3) hingga Minggu (2/4). “Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan berharga bagi para peserta untuk berbagi temuan baru dan membantu masyarakat untuk beradaptasi dan mengatasi permasalahan terkait perubahan iklim di wilayah pesisir Indonesia dan Asia Tenggara,” ungkap Iskandar.

Workshop ini terselenggara atas kerjasama LIPI melalui International Centre for Interdisciplinary and Advanced Research (ICIAR) dengan Franzius Institute for Hydraulic, Waterways, and Coastal Engineering University of Hannover (FI), dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS).

Hadir sebagai pembicara di antaranya John Handmer dari Royal Melbourne Institute of Technology Risk and Community Safety Research Group; Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati; President Indonesia International Institute for Urban resilience &  Infrastructure dan Profesor Riset bidang Geoteknologi LIPI, Jan Sopaheluwakan; budayawan Anand Krishna, serta aktivis dan vokalis grup rock Navicula, Gede Robi Supriyanto.


Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved